Imunisasi rubella menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Berbagai spanduk, baliho, bahkan iklan di TV menampilkan sosialisasi imunisasi rubella atau MR. Namun meskipun pemerintah telah maksimal dalam menyampaikan sosialisasi imunisasi rubella ini, masih banyak masyarakat yang enggan untuk ikut berpartisipasi di dalamnya.

Sebenarnya hal ini juga tidak terlepas dari minimnya pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi rubella ini. Masih banyak masyarakat terutama ibu-ibu yang tidak mengetahui mengenai penyakit rubella. Belum lagi beberapa doktrin tentang imunisasi yang tidak perlu dilakukan karena masalah kepercayaan sehingga menyebabkan masyarakat semakin enggan dan bingung terhadap imunisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi campak dan rubella atau imunisasi MR.

Campak dan rubella sebenarnya hampir sama. Beberapa gejalanya memiliki kesamaan satu sama lain, yakni demam  yang disertai dengan ruam. Namun, gejala campak tampak lebih sakit dibandingkan dengan gejala rubella, yakni batuk, fotofobia, dan peradangan pada mata (konjungtivitis). Campak diakibatkan oleh virus morbilivirus, sedangkan rubella disebabkan oleh virus golongan togavirus.

Campak dan rubella tidak dapat disepelekan begitu saja, meskipun pada dasarnya kedua penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya setelah kekebalan tubuh terbentuk. Namun, yang perlu diwaspadai dari penyakit ini adalah komplikasinya. Komplikasi dari penyakit campak dan rubella dapat menyebabkan radang paru, infeksi telinga, kebutaan, diare berat, hingga ensefalitis, yakni peradangan pada otak yang mengakibatkan kecacatan seumur hidup.

Campak dan rubella memiliki beberapa tahapan bahayanya seperti berikut ini:

Tahap ringan

Gejala awal dari campak biasanya anak akan merasakan haus yang amat sangat. Hal ini diakibatkan karena anak mengalami diare dan muntah yang hebat. Wajah anak akan terlihat lebih cekung, mata menjadi merah, dan urine berwarna keruh.

Anak juga akan menderita infeksi pada telinganya sehingga akan menjadi lebih rewel. Bahkan beberapa diantaranya akan mengeluarkan cairan sehingga menyebabkan demam tinggi dan sakit kepala.

Selain itu, campak dan rubella juga menyebabkan infeksi pada selaput mata sehingga mata anak akan mengeluarkan banyak kotoran dan bahkan terdapat kotoran yang menempel pada bulu mata. Tenggorokan anak juga akan ikut diserang oleh virus campak dan rubella ini. Suara akan menjadi serak dan rasa sakit pada tenggorokan sehingga sulit untuk berbicara dan menelan.

Tahapan akhir dari tahap ringan ini adalah radang paru-paru atau pneumonia. Anak akan mengalami kesulitan bernafas, keringat dingin, demam tinggi, dan batuk kering dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika demam anak sudah terlalu tinggi, maka anak dapat mengalami kejang yang jika tidak segera ditangani akan berakibat pada kerusakan syaraf anak.

Tahap berat

Jika anak tidak mendapatkan penanganan langsung pada tahap ringan, maka kemungkinan besar anak mengalami komplikasi yang lebih berat bahkan dapat mengakibatkan kematian. Anak yang tidak mendapatkan penanganan dengan segera akan mengalami kerusakan pada hati atau hepatitis. Mata anak akan menjadi kuning, urine  berwarna gelap, kehilangan nafsu makan, dan rasa sakit pada otot dan sendi (gejala hepatitis).

Kerusakan mata pada campak akan menyebabkan peradangan pada kornea (keratitis), sedangkan pada rubella sering menyebabkan katarak, peningkatan tekanan bola mata (glaukoma).

Bagian yang paling parah dari komplikasi campak dan rubella adalah encephalitis. Encephalitis adalah penyakit radang otak yang dapat mempunyai gejala muntah, kejang, koma, hingga beresiko mengalami kematian.

Menurut data WHO, Indonesia sendiri telah mengikuti program imunisasi campak sejak tahun 1982. Sejak mengikuti program imunisasi campak, Indonesia berhasil menurunkan jumlah penderita campak di Indonesia, begitu pula dengan jumlah kematian anak yang diakibatkan oleh campak. Namun, hal ini saja belum cukup, WHO berencana untuk menghapus campak dan rubella di seluruh belahan dunia.

WHO kembali mencanangkan program imunisasi MR ini sebagai bentuk lanjutan dari imunisasi campak sebelumnya demi perlindungan yang lebih baik bagi anak-anak di masa yang akan datang. WHO mengemukakan dalam position paper on rubella vaccines, merekomendasikan kepada semua negara yang belum memasukkan program imunisasi rubella dan telah mengikuti program imunisasi campak sebelumnya untuk memasukkan imunisasi rubella ke dalam program kesehatan negara. Bahkan Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek, telah mencanangkan Indonesia bebas campak dan rubella pada tahun 2020.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, masyarakatnya telah sadar betul dengan pentingnya imunisasi campak dan rubella ini. Mereka juga menangani dengan baik pasien yang telah terkena campak dan rubella. Pasien akan dikarantina dan dirawat secara intensif agar komplikasi yang lebih parah tidak terjadi. Namun, meskipun tingkat kesadaran masyarakatnya tinggi dan imunisasi campak dan rubella telah berhasil dengan baik, campak dan rubella masih dapat masuk akibat impor dari negara lain. Hal ini diakibatkan campak dan rubella sangat mudah ditularkan lewat warga negara yang masuk dari negara lain.

Sebagai warga negara dan orang tua yang ingin melindungi anak-anak generasi penerus bangsa, hendaklah kita mendukung program pemerintah ini agar berjalan dengan baik dan lancar. Begitu besar dampak yang diakibatkan oleh campak dan rubella terhadap penderitanya sehingga kita tidak bisa menyepelekan pemberian imunisasi MR ini.

Demikianlah artikel tentang imunisasi MR yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah kesadaran kita akan bahaya campak dan rubella. Terima kasih.

Segera lakukan imunisasi dengan Prosehat hub WA 0811-1816-800


sumber artikel : https://www.prosehat.com/artikel/anaksehat/mengapa-anak-perlu-imunisasi-rubella