Unik Dan Hebatnya Kata ‘Ora Ilok’
oleh Seseorang, 12 Tahun Yang Lalu
Pernahkah Anda mendengar teguran dengan kata ORA ILOK dari orang tua? Mungkin di zaman sekarang sudah menjadi kata-kata yang sepele, tetapi dibeberapa daerah seperti kampung saya, kata-kata ini benar-benar masih manjur. Misalnya, jangan makan di tengah pintu ( katanya: ORA ILOK), nanti jodohnya lari.
(hasil ngedit sendiri)
Makan harus dihabiskan, tidak boleh disisakan (katanya: ORA ILOK), nanti malah ayamnya mati. Logikanya, dalam Islam tidak boleh buang-buang makan (MUBADZIR), dan biasanya sisa makanan diberikan pada ayam, nanti ayamnya cepat gemuk terus disembelih, akhirnya ayamnya mati.
Ora ilok berasal dari dua suku kata, ORA+ILOK=Tidak Pantas. Menurut almarhum simbah, ora ilok itu mempunya maksud yang tersembunyi/tersirat didalam kata ora ilok tersebut. Sesuai peradaban kejawen bahwa ada tata krama ewuh lan pekewuh (kesopanan) yang pada intinya ora ilok itu menjadi suatu ringkasan pesan yang panjang dan mengandung arti yang luas. Seperti jangan makan ditengah pintu, maksudnya mungkin kalau kita makan dengan lauk yang enak dan dilihat oleh orang lain, dan tanpa kita tahu orang itu sebenarnya juga ingin makan seperti yang kita makan, tetapi tidak bisa makan karena tidak bisa membeli (tak punya uang). Nah, disini bisa menimbulkan kesenjangan sosial.
Ada juga yang mengatakan, anak perempuan yang mulai beranjak dewasa/puber tidak di perbolehkan makan di tengah pintu. Sebenarnya untuk urusan makan di depan pintu ini kalau memang di dalam terasa gerah/panas, enak juga makan di tengah atau di depan pintu. Yang jadi masalahnya dan tidak diperbolehkan atas anak perempuan adalah takutnya jodohnya akan lari. Logikanya memang benar, kalau makan di tengah pintu dan kebetulan ada orang yang hendak datang, bisa jadi orang tersebut tidak jadi bertamu. Coba kita sendiri membayangkan jika seandainya ada seorang laki-laki/perempuan makan di tengah pintu, sedangkan kita mau bertamu kerumah itu? Dan bagaimana bila bentuk rumah RSSSSS yang hanya 1 pintu, contohnya rumah-rumah kontrakan di Jabotabek. Ada perasaan tidak enak mau bertamu.
Kata-kata orang tua yang tidak memperbolehkan melakukan sesuatu dengan kata “ORA ILOK” (bahasa jawa) atau “PAMALI” (bahasa sunda) itu sudah membudaya di daerah jawa (dikampung khususnya).
Kata-kata ora ilok mungkin memang sudah jadi ciri khas yang sebenarnya mengandung nasihat baik. Jadi, jangan cuma diterima mentah-mentah jika ada yang menasihati dengan kata ora ilok, jangan cepat mengaitkan dengan mitos, khurafat, atau hal-hal yang membuat iman lemah. Tanggapi kata ora ilok dengan logika, karena larangan itu memang masuk akal dan tidak ada kaitannya dengan hal ghoib, kalaupun diterjang juga tidak apa-apa, tapi mungkin norma-norma yang terkandung jadi terkikis. Dan sejak kecil, saya memang sering mendengar kata ORA ILOK dari orang-orang sekitar di kampung dan dari orang tua sendiri.
Namun, sepertinya sekarang anak-anak muda masyarakat Jawa (khususnya) yang mengedepankan unggah-ungguh mulai mengalami pergeseran. Mereka mulai membiarkan adat asing menggerus nilai-nilai luhur budaya sendiri. Salah satu imbasnya yaitu terjadi perubahan perspektif tentang nilai kesopanan. Perilaku yang dulunya dianggap tidak pantas untuk dilakukan karena “ORA ILOK” berubah menjadi prilaku yang “ILOK” alias sah-sah saja.
Kita bisa melihat dari “wajah” generasi muda saat ini. Pakaian ketat menjadi tren dalam berbusana. Berduaan dengan lawan jenis (pacaran) menjadi hal biasa ditempat umum. Kaum hawa keluar malam tidak lagi menjadi hal yang tabu. Padahal dulunya “ORA ILOK” atau tidak pantas dilakukan.
Makin banyak perilaku ora ilok di kalangan generasi muda yang mungkin karena minimnya kontrol dari kalangan orangtua, serta minimnya kontrol sosial dari masyarakat juga bisa memicu rendahnya kesadaran generasi muda pada perilakunya sendiri.
Menurunnya kesadaran generasi muda terhadap perilakunya mengakibatkan terjadinya berbagai kasus kenakalan remaja yang akut di masyarakat. Tak dapat dipungkiri bahwa tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, aborsi, kehamilan yang tak diinginkan (KTD) adalah potret masalah yang menyerang generasi muda saat ini. Bahkan setiap harinya, pemberitaan di media massa tidak lepas dari kasus-kasus kenakalan remaja.
Jadi, jangan anggap enteng kata-kata ora ilok dari orang tua. Tetap hargai tanpa mencampurnya dengan mitos-mitos.
sumber:kompasiana.com
Ada 0 komentar pada diskusi ini
Belum ada komentar pada post ini