Saya adalah salah satu Ibu yang sempat pusing dibuat tantrum. Jika biasanya tantrum identik dengan aksi menangis heboh di depan umum, tantrum yang saya tangani dulu adalah aksi diam si Kecil! Apa iya, aksi diam termasuk tantrum?
Ada dua jenis wujud tantrum yang perlu Ibu ketahui. Dalam bukunya The Science of Parenting, Margot Sunderland menjelaskan dua jenis tantrum yang berbeda. Diane Levy juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda. Dua jenis tersebut adalah Power Tantrum dan Distress Tantrum.
Power Tantrum adalah ketika si Kecil mengalami ledakan emosi, namun tanpa air mata dan masih bisa mengutarakan keinginannya meskipun sambil berteriak. Tantrum jenis ini paling membuat kegaduhan dan terkadang anak menggunakan strategi kekuatannya (memukul, melempar barang, atau menyakiti diri sendiri).
Untuk menghadapi si Kecil dengan Power Tantrum, tindakan yang paling tepat adalah mengabaikannya hingga ia tenang dengan sendirinya. Namun, Ibu tetap harus mengawasi agar tidak terjadi hal yang membahayakan. Pelukan dan penjelasan setelah si Kecil mengalami Power Tantrum sangat penting, Bu, supaya ia mengerti bahwa tindakannya tersebut salah dan ia tidak merasa "dibuang".
Selanjutnya adalah Distress Tantrum. Untuk menangani tantrum jenis ini memang harus menggunakan strategi ekstra. Berikut adalah macam-macam Distress Tantrum:
Sleep-Deprivation Tantrum
Tantrum jenis ini sering juga disebut sebagai tantrum akibat kurang tidur. Menurut beberapa penelitian, anak yang kurang tidur atau jam tidurnya terganggu akan sulit memproses glukosa dalam darah sebagai asupan untuk otak.
Jika mengalami tantrum jenis ini, si Kecil akan terus-menerus rewel, mudah frustrasi, dan bertingkah. Untuk menanganinya, Ibu perlu untuk mengajaknya tidur lebih awal agar jam tidurnya normal kembali.
Disconnection Tantrum
Tantrum ini kemungkinan adalah yang paling membuat para orang tua frustrasi. Anak akan tiba-tiba menarik diri dan ingin menyendiri. Biasanya jika dihampiri, anak akan berlari dan bersembunyi. Aksi ini biasanya mereka lakukan ketika ia merasa tidak diperhatikan.
Hal yang paling tepat Ibu lakukan adalah luangkan waktu sejenak berdua. Tatap mata si Kecil dalam-dalam. Biarkan hingga ia mengatakan apa yang ingin disampaikannya. Kemudian coba untuk lakukan apa saja yang dapat membuatnya tertawa. Selanjutnya peluk si Kecil erat-erat hingga ia bersedia untuk memeluk balik.
Challenge Tantrum
Tantrum ini terjadi ketika anak menghadapi suatu hal yang baru dihadapinya. Misal, ketika diminta maju ke depan kelas. Para guru dan ibu sering salah menginterpretasikan tantrum ini sebagai sebuah kenakalan atau kemalasan. Padahal, anak sedang merasa takut, gugup, atau juga malu.
Bentuk tantrum ini berbeda-beda, tergantung tempramen yang dimiliki anak. Bisa saja ia mengancam untuk memukul, atau ia diam saja dan tidak beranjak dari tempatnya. Bisa juga ia melontarkan sejuta alasan agar tidak melakukannya, atau ia bersedia untuk melakukannya tapi menunda dan terus menunda. Jika demikian, Ibu bisa memberinya waktu untuk memproses segala sesuatunya terlebih dahulu.
Sad and Worried Tantrum
Tantrum jenis ini adalah yang berbentuk luapan kesedihan, kekecewaan, dan kecemasan anak. Menurut Levy dan Sunderland, sebaiknya Ibu tidak memintanya untuk diam dari tangisannya, karena hal tersebut justru hanya menunda dan menumpuk emosi yang ada dalam dirinya.
Dengarkan apa yang ingin si Kecil sampaikan. Biarkan ia meluapkan segala kesedihan dan kekecewaannya. Pada saat itu, Ibu bisa memberinya kenyamanan dengan memeluk erat dan mengelus-elusnya.
Sekarang sudah tahu ya, Bu bagaimana menghadapi si Kecil ketika mengalami tantrum. Beda gejala, beda juga penanganannya. Memang, ketika anak sedang mengalami tantrum, emosi kita akan sangat mudah tersulut. Namun, jika menghadapinya dengan emosi dan amarah, bisa-bisa keadaan malah semakin runyam. Kuncinya adalah tetap bersabar dan tenang.
Selamat mencoba, Bu!