Memberikan ASI eksklusif bagi si Kecil selama 6 bulan tentu menjadi prioritas utama bagi setiap Ibu, ya. Sayangnya, tidak semua Ibu bisa memberikan hal tersebut. Dulu, saya termasuk salah satu Ibu dengan produksi ASI yang kurang mencukupi dan berakibat si Kecil terancam kekurangan gizi.
Setelah berbincang dengan suami, akhirnya saya memutuskan untuk mencari donor ASI yang terpercaya. Sebelumnya, kami menemui dokter terlebih dahulu agar tidak salah langkah. Dari situ, saya jadi tahu apa saja yang harus diperhatikan saat memutuskan memakai donor ASI. Berikut saya coba jabarkan satu per satu.
Penting Diperhatikan Saat Mencari Donor ASI
Ketahui riwayat kesehatan pendonor. Sebisa mungkin lakukan tes darah untuk mendeteksi adanya risiko penyakit yang bisa menular melalui ASI seperti HIV 1&2, Hepatitis B&C, Sifilis, dan HTLV 1&2.
Buatlah perjanjian yang rinci dengan pendonor (sertai dengan surat keterangan dari dokter terkait) bahwa pendonor tidak memiliki risiko penularan penyakit tertentu melalui ASI.
- Ibu mensterilisasi ASIP agar terhindar dari risiko kandungan bakteri dengan teknik flash-heat atau memanaskan dengan cepat. Caranya seperti ini:
- Pastikan Ibu menggunakan botol kaca tahan panas yang sudah disterilkan terlebih dahulu.
- Saat akan memanaskan ASIP, usahakan hanya sebanyak 50 ml – 150 ml yang berada di dalam botol.
- Letakkan botol ke dalam panci berisi air biasa yang banyaknya kira-kira setinggi takaran ASIP. Hal ini bertujuan agar seluruh permukaan ASIP dapat terpanaskan dengan baik.
- Panaskan panci tersebut menggunakan kompor dengan ukuran temperatur terpanas. Tunggu hingga air terlihat mendidih.
- Pastikan botol ASIP segera diangkat ketika air mendidih.
- Dinginkan botol ASIP ke dalam mangkuk berisi air dingin agar suhunya cepat turun. Susu yang sudah dipanaskan harus segera dikonsumsi dalam waktu 6 jam saja.
Lalu bagaimana jika sang pendonor jatuh sakit? Pada kondisi tertentu seperti penyakit flu, biasanya pendonoran ASIP tidak akan begitu berbahaya selama sang pendonor selalu memastikan bahwa tangan serta alat pemompa ASI dalam keadaan bersih. Sedangkan, jika ia terkena cacar air, sebaiknya Ibu memintanya untuk menahan diri sejenak dari mendonorkan ASI hingga lenting pada tubuh bersih dari cairan yang bisa menular.
Selain dari segi medis, ada hal lain yang wajib dipertimbangkan. Salah satunya, latar belakang dan identitas si pendonor atau penerima donor. Ibu bisa memulai dengan meminta data dirinya secara lengkap dan berikan juga data Ibu kepada sang pendonor sebagai acuan jika dibutuhkan suatu saat nanti. Dulu, saya berusaha untuk menemui sang pendonor secara langsung agar dapat mengenal lebih jauh tentang kepribadiannya, kesehatan, gaya hidup, obat-obatan yang dikonsumsi, dan sebagainya. Bahkan, jika memungkinkan, saya juga berusaha mengenal keluarga pendonor, Bu.
Donor ASI dari Segi Agama Islam
Masing-masing agama tentu memiliki pandangan sendiri akan donor ASI. Saya coba mengambil contoh dari agama Islam. Ada sebagian umat Muslim yang percaya kalau bayi yang meminum ASI dari pendonor, secara langsung akan menjadi saudara sepersusuan dengan anak kandung si pemberi ASI. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa menikah nanti.
Namun, ada juga yang beranggapan bayi yang meminum ASI dari pendonornya tidak otomatis menjadi saudara. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Yusuf Qardhawi dalam buku Fatwa-fatwa Kontemporer, kondisi penyusuan yang menimbulkan larangan menikah adalah jika bayi menerima donor ASI dengan langsung menyusu dari payudara. Jadi, untuk penerima ASI perah tidak akan langsung menjadi saudara sepersusuan dengan anak si pendonor.
Perlu diperhatikan, ini hanya acuan singkat saja ya, Bu. Oleh karena itu, sebelum memutuskan menjadi pendonor atau menerima donor ASI, sebaiknya Ibu berkonsultasi terlebih dahulu dengan pemuka agama atau orang yang Ibu percaya untuk mendapatkan info lebih lengkapnya.
Semoga artikel ini bisa membantu, ya. Satu lagi yang terpenting jangan putus asa jika Ibu belum bisa menyusui si Kecil. Tetap semangat dan lakukan yang terbaik demi kelancaran tumbuh kembang si Kecil.