Status kesehatan Ibu sebelum hamil dapat berdampak terhadap kesehatan Ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang tengah tumbuh dalam rahim Ibu. Jika Ibu memiliki penyakit kronik jangka panjang, Ibu perlu mengendalikannya guna meminimalkan risiko, baik bagi Ibu maupun bayi.
Bagi Ibu dengan kondisi medis kronik jangka panjang seperti asma, cacat jantung bawaan (congenital heart defect/CHD), penyakit jantung koroner (PJK), diabetes, epilepsi, hipertensi, dan gangguan mental, maka Ibu perlu melakukan konsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan atau segera setelah hamil agar Ibu dapat menjalani kehamilan dengan sehat dan tenang.
Sebuah ulasan dari beberapa studi mengenai asma dan kehamilan, mengungkapkan bahwa gejala asma biasanya memburuk pada trimester ke-2 dan ke-3 (sekira usia kehamilan 13 minggu) dan mencapai puncaknya pada bulan ke-6. Studi lain juga mengungkapkan, gejala asma memburuk antara minggu ke-24-36 kehamilan, dan setelah itu gejala semakin berkurang dan sekira 90% gejala asma tidak muncul saat melahirkan. Untuk menjaga kehamilan tetap sehat, Ibu perlu tetap mengendalikan asmanya dengan baik. Konsultasikan dengan doker mengenai hal ini.
Ibu dengan cacat jantung bawaan atau CHD dan pernah menjalani operasi untuk memperbaiki kondisi jantung yang abnormal, berarti kemungkinan Ibu memiliki jaringan parut (skar) pada jantungnya yang berisiko mengalami ketidakteraturan detak jantung dan kehamilan akan memberikan beban tambahan yang bermakna pada jantung. CHD yang diderita Ibu juga dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan bayi tumbuh lebih kecil akibat jantung Ibu tidak memompa darah dengan efisien daripada yang seharusnya, sehingga mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke plasenta.
Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan guna memastikan bayi tumbuh dengan sehat dan pengobatan dari dokter akan disesuaikan dengan kondisi Ibu dan dokter jantung akan membantu menyusun rencana perawatan selama kehamilan atau antenatal care.
Penyakit jantung koroner (PJK) timbul bila ada timbunan lemak yang mempersempit pembuluh darah arteri, sehingga aliran darah terganggu dan menyebabkan nyeri dada atau serangan jantung. Dokter akan memberikan obat yang aman dikonsumsi saat hamil dan pengobatan ini akan disesuaikan dengan kondisi agar dapat meminimalkan risiko terhadap Ibu dan bayi.
Beban fisik dan emosional saat hamil, dapat menyebabkan kemungkinan semakin sering dan parahnya kejang pada ibu hamil dengan epilepsi. Sebelum hamil, atau pada awal kehamilan, Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan dan/atau dokter ahli saraf, sehingga bisa membuat perencanaan yang baik. Jika Ibu tengah dalam pengobatan epilepsi, dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat yang diresepkan oleh dokter. Selama kehamilan berlangsung, Ibu tidak boleh mengganti dosis obat atau berhenti obat tanpa konsultasi dengan dokter dan pemeriksaan ultrasonografi juga dianjurkan guna melihat tumbuh kembang bayi dalam rahim.
Hingga kini, para periset belum mengetahui secara pasti dampak depresi yang terjadi selama kehamilan terhadap kesehatan bayi. Bila depresi ringan, dokter akan menganjurkan Ibu melakukan konseling dan jika tengah mengonsumsi obat antidepresan, konsultasikan dengan dokter kandungan atau psikiater segera saat Ibu telah memutuskan untuk hamil, atau bila hamil, diskusikan dengan dokter mengenai obat lain yang lebih aman dikonsumsi saat hamil.
Konsultasi dengan dokter merupakan kunci utama menjaga Ibu dan bayi tetap sehat selama kehamilan. Perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, diet sehat seimbang, menjaga berat badan tetap seimbang dan tetap aktif dapat menjaga kesehatan ibu hamil terutama pada yang memiliki diabetes dan hipertensi.