Pemanis buatan kerap dianggap dapat menjadi alternatif pengganti gula untuk beragam makanan manis. Meski mengandung kalori yang lebih kecil, tetapi studi menunjukkan bahwa efek samping pemanis buatan juga bisa memicu ragam masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. 

ebook
Banner
Banner AKP

Pemanis buatan dinilai memiliki rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami dan gula. Meski begitu, pemanis alami seperti madu juga bisa membahayakan si Kecil. Pasalnya, fruktosa yang ada di dalam madu jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan masalah lambung, berat badan berlebih, hingga karies gigi pada anak.

Lalu, amankah pemanis dikonsumsi oleh si Kecil? Agar ibu tidak salah langkah, mari pahami lebih lanjut informasi selengkapnya.

Apa Saja Jenis Pemanis Buatan?

Setidaknya ada 6 jenis pemanis buatan yang disetujui aman untuk produk makanan dan minuman, di antaranya sakarin, asesulfam, aspartam, neotam, dan sukralosa. 

Berikut adalah beberapa jenis pemanis buatan yang perlu Ibu ketahui dengan batas konsumsinya:

Artikel Sejenis

  1. Sukralosa

    Jenis pemanis buatan selanjutnya yaitu sukralosa yang memiliki rasa manis sekitar 600 kali lebih tinggi dibandingkan gula. Sukralosa merupakan jenis pemanis buatan yang paling sering digunakan pada produk makanan dan minuman yang ada di pasaran. Batas aman konsumsinya adalah 5 mg/kg berat badan.

  2. Sakarin

    Tahukah Ibu bahwa rasa manis yang dihasilkan sakarin bisa mencapai 300-400 kali lebih kuat dibandingkan gula biasa lho. Itulah mengapa pemakaian sakarin dalam sekali penyajian makanan tidak boleh melebihi kadar 30 mg. Sedangkan, untuk minuman tidak boleh melebihi 4 mg per 10 ml cairan. Untuk batas konsumsinya 5 mg per kilogram berat badan.

  3. Aspartam

    Ibu pasti sering melihat anak-anak yang gemar mengonsumsi permen, permen karet, dan makanan manis sejenisnya, kan? Nah, rasa manis yang ada dalam permen karet, sereal, agar-agar, dan minuman berkarbonasi itu ternyata sebagian besar berasal dari aspartam. Pemanis buatan yang satu ini memiliki rasa manis sebanyak 220 kali lebih tinggi dibandingkan gula. Untuk batas konsumsinya 50 mg per kilogram berat badan.

  4. Neotam

    Neotam termasuk pemanis buatan yang banyak digunakan dalam makanan rendah kalori. Kandungannya hampir sama dengan aspartam, namun ternyata rasanya 40 kali lebih manis dari aspartam. Tingkat manis dari neotam bisa mencapai 8.000 kali lipat lebih tinggi dibandingkan gula rafinasi (gula yang berasal dari sari tebu). Untuk batas konsumsinya 2 mg per kilogram berat badan.

  5. Asesulfam-K

    Asesulfam-K atau disebut juga dengan istilah acesulfame potassium termasuk pemanis buatan yang rendah kalori. Jenis pemanis ini sering digunakan oleh industri minuman, khususnya minuman sirup. Untuk batas konsumsinya 15 mg per kilogram berat badan si Kecil.

Apa Dampak Pemanis Buatan Bagi Kesehatan?

Biskuit, sereal, kue, jeli, dan permen merupakan jenis camilan yang digemari oleh anak-anak. Di balik rasanya yang manis, camilan tersebut bisa menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan lho, apalagi jika dikonsumsi terus menerus dan berlebihan. 

Penelitian dalam jurnal Toxicological & Environmental Chemistry menunjukkan bahwa anak-anak yang diberikan minuman mengandung pemanis buatan secara berlebihan bisa memiliki kadar plasma sukralosa darah yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.

Meski efek sampingnya tidak langsung terlihat secara instan, tetapi plasma sukralosa yang tinggi akibat konsumsi pemanis buatan akan bertahan dalam tubuh anak. Hal ini disebabkan karena ginjal si Kecil belum mampu membuang zat berlebihan secara optimal. Kadar pemanis buatan yang tinggi pada si Kecil lantas dapat memengaruhi selera makannya saat ia dewasa lho, Bu. 

Seiring masa tumbuh kembang, anak yang terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman manis dalam jumlah yang banyak akan terus mengonsumsinya hingga ia dewasa. Nantinya si Kecil akan cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis dibandingkan makanan sehat lainnya. 

Bahaya pemanis buatan mungkin tidak langsung terlihat pada si Kecil, Bu. Namun, pemberian makanan manis dalam jumlah banyak dan terlalu sering bisa memengaruhi pola makannya sehari-hari. 

Selain itu, si Kecil juga berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan di kemudian hari. Ada beberapa penyakit yang berisiko tinggi, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit terkait gangguan metabolisme lainnya.

Rekomendasi Pemanis Alami yang Aman untuk Bayi

Banyak Ibu yang sengaja menambahkan bumbu pada makanan si Kecil ketika sudah mulai MPASI. Hal ini dilakukan agar si Kecil mengenal rasa dan tidak bosan dengan makanan yang itu-itu saja. 

Anjuran pemberian berbagai macam jenis makanan saat MPASI memang baik agar si Kecil tidak menjadi anak yang picky eater. Namun, Ibu juga harus ingat bahwa si Kecil membutuhkan makanan yang tak hanya lezat, tetapi juga mengandung beragam nutrisi yang penting bagi tumbuh kembangnya.

Jika sejak awal pemberian makanan pertama si Kecil sudah ditambahkan pemanis buatan atau gula dalam jumlah yang banyak, hal ini bisa memicu si Kecil jadi terbiasa pada makanan manis dan meningkatkan risiko masalah kesehatan. Akibatnya, bisa jadi suatu saat si Kecil kurang menyukai sayur-sayuran karena memiliki rasa hambar. 

Maka dari itu, sebaiknya Ibu menghindari tambahan gula dan pemanis buatan pada MPASI si Kecil. Selain gula, Ibu juga sebaiknya menghindari atau mengurangi pemberian garam pada menu MPASI si Kecil hingga usianya satu tahun. 

Sebagai pengganti yang lebih sehat, pemanis alami yang berasal dari buah-buahan dan sayur bisa jadi pilihan tepat agar si Kecil mengenal rasa manis yang alami dan kaya nutrisi. Nah, berikut ini beberapa alternatif bahan makanan yang mengandung pemanis alami untuk MPASI:

  1. Madu

    Madu adalah bahan yang sering kali jadi pilihan pengganti gula. Rasa manis khas madu sering kali membuat cita rasa makanan jadi bertambah. Apalagi, karena tergolong alami sering kali dirasa baik untuk diberikan pada si Kecil yang sudah bisa mengonsumsinya.

  2. Pisang

    Pisang merupakan buah-buahan yang paling diminati untuk diolah menjadi MPASI. Selain memiliki rasa yang manis, manfaat pisang pun tak perlu diragukan lagi karena cukup penting untuk mendukung kesehatan si Kecil. Yang tak kalah istimewa, pisang juga memiliki tekstur yang lembut sehingga sangat aman untuk bayi. Apalagi buah yang satu ini mengandung beragam nutrisi yang penting bagi kesehatan si Kecil.

  3. Ubi

    Selain pisang, ubi juga bisa jadi alternatif pemanis alami yang bisa Ibu olah ke dalam menu MPASI hariannya. Ubi kaya akan beragam nutrisi penting bagi tubuh, seperti protein, serat, kalsium, kalium, vitamin A, B kompleks, C dan lain sebagainya. 

    Dari banyaknya nutrisi tersebut, tak heran jika manfaat ubi cukup penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang si Kecil. Ibu bisa mengolah ubi menjadi menu MPASI puree ubi dan labu, bola-bola ubi pisang, kukus ubi, dan lain sebagainya. 

  4. Apel

    Apel juga termasuk buah yang bisa dijadikan pemanis alami untuk menu MPASI si Kecil lho, Bu. Apalagi apel mengandung beragam nutrisi penting, mulai dari serat, vitamin A, B kompleks, C, E, kalsium, kalium, zat besi, zinc, dan nutrisi lainnya. Bayi yang baru mengonsumsi MPASI membutuhkan asupan serat yang cukup agar terhindar dari sembelit atau konstipasi. 

    Nah, MPASI apel bisa jadi pilihan tepat bagi si Kecil, tentunya dengan campuran dari makanan bernutrisi lainnya ya, Bu. Ada banyak resep MPASI apel yang bisa Ibu olah dengan mudah, seperti puree apel pisang, pancake apel, puding apel, dan lain sebagainya. 

  5. Wortel

    Selain dari buah-buahan, Ibu juga bisa mendapatkan pemanis alami dari wortel. Sayuran yang satu ini sering dijadikan rekomendasi untuk diolah menjadi MPASI yang lezat dan kaya nutrisi. Ada banyak nutrisi yang terkandung dalam wortel, seperti beta karoten, serat, vitamin A, B kompleks, E, kalsium, kalium, dan lain-lain. Wortel juga sangat cocok untuk dijadikan finger food saat si Kecil berusia 9 bulan ke atas lho, Bu.

Sebenarnya ada banyak jenis buah-buahan dan sayuran lain yang bisa Ibu kombinasikan ke dalam menu MPASI si Kecil. Selain itu, Ibu juga perlu menyeimbangkannya dengan protein hewani, seperti susu, telur, ikan, daging merah, dan daging putih. Sebab, protein nabati (kacang-kacangan, buah, dan sayuran) tidak memiliki 9AAE yang lengkap, sehingga kurang optimal untuk meningkatkan tumbuh kembang si Kecil. Pastikan juga untuk mengolah MPASI dengan tepat agar kandungan nutrisinya tetap terjaga. 

Selain itu, Ibu juga bisa melengkapi sajian MPASI si Kecil dengan menambahkan susu. Jika masih mengonsumsi ASI, Ibu bisa mencampurnya dengan ASI. Namun, jika sudah tidak memungkinkan, Ibu bisa menggunakan susu pengganti ASI yang mengandung 9 asam amino esensial dan tinggi DHA. Pastikan juga Ibu menanyakannya terlebih dahulu kepada dokter, ya.

Selain dari MPASI, Ibu tetap perlu memberikan si Kecil ASI secara rutin. Itulah mengapa penting bagi Ibu untuk meningkatkan kualitas ASI dengan cara minum susu Frisian Flag PRIMAMUM secara rutin. Susu ini mengandung 9 asam amino esensial (9AAE) lengkap dan 9 nutrisi penting lainnya untuk kebaikan Ibu dan si Kecil. Susu ini juga diperkaya dengan tinggi asam folat, omega 3 (ALA), omega 6 (LA), serta tinggi DHA untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel otak si Kecil.

Selain itu, susu Frisian Flag PRIMAMUM juga mengandung tinggi zat besi, tinggi zinc, dan sumber serat pangan inulin untuk mendukung daya tahan tubuh Ibu dan si Kecil. Ditambah kandungan tinggi kalsium dan tinggi vitamin C untuk mendukung pertumbuhan sel tubuh si Kecil. 

Yang tak kalah penting, Ibu tetap harus memantau tumbuh kembang si Kecil secara rutin dengan bantuan fitur Rapor Tumbuh Kembang Prima. Fitur ini memudahkan Ibu untuk mengetahui berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan lingkar kepala si Kecil sesuai grafik pertumbuhan dari WHO. Yuk, cobain fiturnya di sini.

Konsultasi Gratis dengan Ahli Gizi

Data Ibu

Hanya boleh berupa huruf

Format nomor handphone 08xxxxxxxxxx

  • Password harus memiliki minimal 8 karakter
  • Password harus memiliki setidaknya 1 angka
  • Password harus memiliki setidaknya 1 karakter khusus (misalnya ., *, !, ? atau semacamnya)

Data Anak

Silakan isi data anak atau anak yang termuda.