Film kartun seolah-olah telah menjadi bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak. Banyak yang percaya bahwa kreativitas dan daya imajinasi seseorang dapat berawal dari film yang ia tonton sewaktu kecil.
Beragam kartun yang ditayangkan di televisi saat ini banyak membuat para ibu, termasuk saya, khawatir akan memberikan dampak negatif pada si Kecil. Bagaimana tidak? Banyak sekali yang mengandung adegan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal.
Hal itulah yang mendorong saya untuk lebih cermat saat mengajak si Kecil menyaksikan film favoritnya. Tidak hanya memilih, sebisa mungkin saya turut mendampinginya hingga film tersebut selesai ditonton.
Di usianya ini, anak masih berada dalam proses belajar dan mengeksplor segala hal. Tidak jarang, ia mengajukan pertanyaan terkait hal baru yang ia temukan kepada saya. Nah, inilah pentingnya peran orangtua ketika mendampingi si Kecil menonton film kartun. Meskipun dianggap sebagai tayangan yang dapat mengasah daya imajinasi anak, terkadang film kartun menunjukkan adegan yang tidak masuk akal.
Salah satu contohnya adalah ketika si Kecil menonton salah satu film yang menunjukkan adegan si tokoh utama menyalakan api unggun. Padahal, tokoh tersebut ceritanya adalah makhluk hidup yang tinggal di dalam laut. “Bu, kok apinya bisa nyala di dalam air?” Kemudian saya menjawab “Itu cuma kartun, Nak. Api tidak akan bisa menyala di dalam air.”
Sebagai orangtua yang baik, sudah pasti kita menginginkan anak tumbuh dengan optimal dan memiliki pola pikir yang logis. Oleh karena itu, bantu si Kecil menyaring tayangan yang akan ditonton, ya. Supaya lebih mudah, Ibu bisa mencoba tips-tips berikut:
Tidak mengandung adegan kekerasan.
Pada usia pra-sekolah, anak sangat mudah menyerap kemudian meniru apa yang dilihatnya. Seperti kita ketahui bersama, beberapa waktu yang lalu, beredar kasus kecelakaan saat bermain yang disebabkan oleh peniruan adegan salah satu film kartun action.
Hal tersebut terjadi karena anak cenderung mudah terobsesi pada hal yang ia anggap luar biasa hebat dan memiliki kekuatan super. Dari obsesi itulah muncul keinginan untuk mengimitasi segala hal yang dilakukan oleh tokoh idolanya.
Hindari dialog dengan kata-kata kasar.
Ketika anak jatuh cinta pada sebuah film, setelah tayangan tersebut selesai ditayangkan biasanya ia akan mengulang-ulang dialog yang terekam dalam benaknya. Nah, Ibu perlu jeli dalam memperhatikan dialog dalam film kartun yang ditonton si Kecil, ya.
Bagaimana pun juga, di usia ini, anak masih memperkaya perbendaharaan kata dalam proses perkembangan komunikasinya. Jadi, demi menjadikan si Kecil yang memiliki tutur kata baik, Ibu tidak hanya dituntut untuk memberikan contoh, namun juga mengawasi dialog dalam film kartun yang ditontonnya.
Memilih cerita yang memiliki pesan moral.
Dari sekian banyak unsur positif yang terkandung dalam sebuah film, rasanya, pesan moral merupakan unsur yang paling penting. Saat si Kecil menonton film kartun kesukaannya, secara tidak langsung akan tertanam pesan-pesan yang disampaikan melalui jalan cerita dan dialog antartokoh.
Aktivitas menonton, bisa dibilang merupakan cara yang cukup efektif dalam memberikan pesan-pesan moral pada si Kecil. Saat ia merasa senang melihat adegan lucu di layar kaca, informasi yang disampaikan akan terserap dengan mudah tanpa paksaan sedikit pun.
Bagaimana, Bu? Cukup mudah kan memilih film kartun yang baik untuk si Kecil? Terus dampingi ia saat menonton tayangan favoritnya sambil memberikan arahan dan bimbingan agar pesan positif dalam film dapat tersampaikan.
Selamat menonton bersama si Kecil!