Pil KB sudah cukup lama dikenal di masyarakat sebagai alat kontrasepsi yang mudah digunakan dan cukup efektif untuk merencanakan kehamilan selama penggunaannya benar dan sesuai aturan. Beberapa tahun belakangan ini formula pil KB diperbaharui dan mengandung kadar hormon lebih sedikit, sehingga diharapkan efek sampingnya lebih sedikit, namun tetap efektif dan memiliki manfaat tambahan bagi kesehatan tubuh.
Bagaimana cara kerja pil KB? Kehamilan terjadi saat sel telur dibuahi oleh sperma yang selanjutnya hasil pembuahan ini akan menempel pada dinding uterus/rahim. Saat Ibu mengonsumsi pil KB, kandungan hormonal dalam pil akan menghambat keluarnya sel telur atau pematangannya, sehingga tidak ada sel telur yang dapat dibuahi oleh sperma. Selain itu, lendir pada leher rahim menjadi lebih kental, sehingga sperma sukar menembus sel telur untuk dibuahi. Kandungan hormon dalam pil KB juga akan mempengaruhi ketebalan lapisan rahim, sehingga hasil pembuahan sukar menempel pada dinding rahim.
Ada beberapa jenis pil KB, yaitu:
1. Pil KB kombinasi hormon estrogen dan progesteron:
- Pil KB yang terdiri dari 21 pil untuk dikonsumsi setiap hari pada waktu yang sama selama 21 hari. Setelah Ibu menghabiskan satu strip pil KB berisi 21 pil, Ibu berhenti selama tujuh hari dan selanjutnya mulai mengonsumsi strip pil KB yang baru.
- Pil KB yang dikonsumsi selama 28 hari, terdiri dari 21 pil berisi hormon kombinasi dan tujuh pil tanpa kandungan hormon atau obat dan hanya mengandung vitamin (plasebo) sebagai pengingat agar Ibu tidak terlewat mengonsumsi pil KB setiap hari. Selama Ibu mengonsumsi tujuh pil plasebo setiap hari yang warnanya berbeda dari 21 pil lainnya, Ibu akan mendapat menstruasi.
- Pil KB kombinasi lain yang terdiri dari 24 pil hormon kombinasi dan empat pil plasebo, sehingga periode menstruasi Ibu lebih singkat.
2. Pil mini adalah pil yang mengandung kadar hormon progesteron tanpa estrogen dan sering digunakan pada ibu menyusui, karena estrogen dapat menurunkan produksi ASI. Pil mini juga ideal digunakan oleh ibu yang memiliki risiko penggumpalan darah atau risiko lainnya yang berkaitan dengan konsumsi estrogen.
3. Pil KB darurat. Pil ini tidak diminum secara teratur seperti pil kombinasi dan pil mini, karena diformulasikan untuk mencegah kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi. Pil ini bekerja mencegah pembuahan sperma pada sel telur dengan cara mengentalkan lendir mulut rahim. Pil pertama sebaiknya diminum sesegera mungkin setelah melakukan hubungan seksual, atau tidak lebih dari 120 jam setelah hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi. Pil kedua diminum 12 jam setelah tablet pertama diminum.
Baca Juga: Mungkinkah Hamil Dengan Kista Ovarium?
Beberapa keuntungan dari kontrasepsi pil KB, selain merencanakan kehamilan, juga membantu siklus menstruasi menjadi lebih teratur, mengurangi nyeri haid, menurunkan risiko terbentuknya kista indung telur, serta mengurangi timbulnya jerawat. Namun demikian, pil KB juga tidak terlepas dari beberapa risiko kesehatan, seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, serta dapat meningkatkan risiko kencing manis. Oleh karena itu, sebelum Ibu memutuskan untuk memilih pil KB sebagai kontrasepsi, periksalah kesehatan. Dokter atau bidan akan membantu Ibu memilih kontrasepsi atau pil KB yang cocok dikonsumsi sesuai kondisi kesehatan Ibu. Setelah menggunakan pil KB sebagai pilihan kontrasepsi, lakukanlah kontrol kesehatan secara teratur agar kesehatan Ibu tetap terjaga dan terhindar dari gangguan.