“Wah, sekarang anakku lagi senang-senangnya lari. Saya sampai capek sendiri mengejarnya.” cerita salah satu sahabat saya beberapa waktu lalu.
Apakah saat ini Ibu sedang mengalami hal serupa dan bingung harus bagaimana? Jangan khawatir ya, Bu. Pada masa tumbuh kembang balita saat ini, si Kecil bisa jadi sudah lancar berjalan , bahkan suka berlari tanpa henti saat bermain. Hal ini tentu membuat Ibu khawatir kalau sampai ia terjatuh. Namun, jika dilarang, si Kecil malah berlari tambah kencang.
Di usia tiga tahun, aktivitas si Kecil memang sudah lebih banyak melibatkan fisiknya. Mereka akan langsung bergerak agresif jika tertarik pada sesuatu. Ia pun akan lebih suka berlari untuk mendapatkan keinginannya. Satu hal yang harus Ibu pahami, ia senang berlari bukan karena sengaja berperilaku nakal, lho.
Jika dilihat dari sisi psikologi anak, kemampuannya untuk merasa bebas dan merdeka sedang berkembang. Ditambah lagi, si Kecil yang sudah lebih aktif ini merasa sudah memiliki kaki yang kuat untuk berlari. Inilah sebabnya di usia tiga tahun ia menjadi sangat suka berlari. Setidaknya, si Kecil membutuhkan sekitar tiga jam untuk bergerak secara aktif setiap harinya. Semakin banyak kesempatan yang Ibu berikan kepadanya untuk berlari dan beraktivitas fisik lainnya, ia akan merasa semakin senang.
Namun, si Kecil belum sepenuhnya paham bahwa terus berlari itu bisa membahayakan dirinya . Faktor inilah yang biasanya membuat Ibu khawatir dan melarangnya untuk terlalu banyak berlari. Sebaiknya, jangan larang si Kecil untuk berhenti berlari ya, Bu. Sesungguhnya, hal ini baik untuk tumbuh kembang balita dan kesehatannya. Namun, ada beberapa hal yang harus Ibu perhatikan agar aktivitas si Kecil lebih aman dan terarah aman, sehingga tumbuh kembang si Kecil bisa berlangsung lebih optimal.
- Usahakan agar si Kecil hanya berlari di sekitar jarak pandang Ibu. Tidak perlu meneriakinya ketika ia mulai berlari, selama Ibu masih bisa mengawasinya. Biasanya, dengan Ibu bersikap tenang, si Kecil akan berhenti berlari dengan sendirinya terutama ketika ia mulai merasa lelah.
- Sampaikan kepada si Kecil mengenai tempat yang tepat dan aman untuk berlari, misalnya taman atau area bermain anak di mall. Tidak melarangnya berlari bukan berarti membiarkannya berlari di tempat-tempat berbahaya, seperti daerah dimana banyak kendaraan bermotor lalu lalang. Ibu harus menanamkan pengertian pada si Kecil bahwa berlari boleh saja, asalkan di tempat yang aman baginya.
- Bantu si Kecil mengalihkan perhatiannya jika ia mulai berlarian di tempat umum yang sulit Ibu awasi, misalnya di supermarket. Ketika Ibu mengajaknya ikut berbelanja di supermarket, gandeng tangannya agar ia tidak langsung berlari dan hilang dari pandangan Ibu. Jika ia mulai bosan bergandengan tangan dengan Ibu, libatkan si Kecil dalam proses belanja di supermarket, misalnya meminta bantuannya untuk mengambilkan barang-barang dari rak atau memilih buah-buahan yang akan Ibu beli. Si Kecil pasti suka dimintai bantuan oleh Ibu.
- Beri pujian kepadanya saat si Kecil sudah berperilaku baik dan bisa mengontrol semangat berlarinya. Pujian yang dimaksud bukan sekadar ucapan seperti, “Kamu pintar sekali hari ini”, tapi sampaikan kepadanya pujian dengan kalimat yang spesifik, misalnya: “Ibu senang sekali karena kamu menurut pada Ibu, ketika Ibu memintamu untuk tidak berlarian di tempat umum. Terima kasih juga sudah membantu Ibu memilih buah di supermarket hari ini.” Melalui cara seperti ini, Ibu secara perlahan melatih perkembangan anak untuk memahami apa yang baik untuk dilakukan.
- Ketika kebiasaan si Kecil untuk berlari sudah tidak dapat dikendalikan, coba periksakan ia ke dokter ahli neurologi. Bisa jadi, kondisinya saat ini memiliki hubungan dengan gangguan hiperaktif. Coba perhatikan perkembangan si Kecil dengan anak-anak seusianya. Jika perbedaannya cukup mencolok, itu bisa menjadi salah satu tanda ia hiperaktif. Ibu pun perlu merasa waspada, jika si Kecil sering terjatuh saat berlari. Itu artinya keseimbangan tubuhnya belum terkontrol dengan baik dan bisa jadi disebabkan oleh gangguan sistem koordinasi antara tubuh dan kakinya.
Tetap semangat memerhatikan tumbuh kembang balita Ibu, ya!