“Kehamilan itu rejeki, Bu. Nanti juga datang di waktu yang tepat!” Begitu kira-kira kata saudara dan teman saat menyemangati saya dan suami dulu. Ya, di awal-awal masa pernikahan, kami memang harus menunggu agak lama sebelum mendapatkan si Kecil.
Tapi, selain dari rejeki, kehamilan tentu juga bergantung dari kesuburan ya, Bu. Kesuburan berarti kualitas telur dan sperma yang bagus, serta rahim yang kuat. Sayangnya, masalah kesuburan kini sering ditemui. Bisa dari pihak ayah dan tak tertutup juga dari pihak Ibu. Faktornya? Bisa jadi karena makanan tak sehat, polusi, dan berbagai penyebab lainnya.
Namun, jangan khawatir dulu ya, Bu. Ilmu pengetahuan kini semakin canggih dan sudah banyak cara medis yang bisa kita pilih untuk mencapai kehamilan. Nah, kali ini saya ingin berbagi informasi tentang berbagai pilihan cara medis tersebut. Silahkan disimak, Bu!
1. Pengobatan kesuburan
Buat Ibu yang haidnya tak teratur, cara ini bisa dicoba. Biasanya, pengobatan ini diberikan dalam bentuk pil atau suntikan. Obat tersebut akan melepaskan hormon yang dapat meningkatkan produksi telur dan membuat rahim lebih siap menjalani proses penanaman embrio. Bagaimana dengan tingkat kesuksesannya? Sekitar 40-45% wanita yang melakukan pengobatan ini menjadi hamil, Bu.
2. Inseminasi (Atau Intraurine Insemination atau IUI)
Cara ini cocok bagi calon ayah yang kualitas spermanya kurang baik, seperti jumlah yang terlalu sedikit atau pergerakannya lambat. Juga untuk calon Ibu yang lendir serviksnya kurang, terlalu asam atau terlalu tebal sehingga menghambat proses perjalanan sperma ke sel telur.
Caranya bagaimana? Dengan memasukkan sperma yang telah dipersiapkan ke dalam rahim melalui kateter. Nah, biasanya sebelum menjalani prosedur ini, Ibu dan Ayah akan diminta agar mengonsumsi obat kesuburan terlebih dahulu untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Tingkat kesuksesannya cara yang satu ini sendiri tergantung dari usia sang Ibu dan kualitas sperma.
3. IVF (In Vitro Fertilization)
Pernah mendengar istilah “bayi tabung”, Bu? Nah, In Vitro Fertilization adalah nama lainnya. Bayi tabung sendiri sebenarnya adalah sebuah proses dimana telur sang Ibu dibuahi di luar tubuh. Jika embrio telah terbentuk, maka akan dilakukan proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi kehamilan. Uniknya, sisa embrio yang lebih masih bisa disimpan untuk proses kehamilan berikutnya.
Cara ini cocok untuk calon Ibu di atas usia 35 tahun atau yang memiliki kerusakan di tuba falopinya, serta calon ayah dengan kualitas sperma rendah, atau karena ketidaksuburan yang tak diketahui penyebabnya. Tingkat kesuksesannya pun bervariasi, biasanya bisa berkisar 41 persen untuk wanita di bawah 35 tahun, 32 persen untuk usia 35 sampai 37, dan 23 persen wanita berusia 38 hingga 40 dapat hamil.
4. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
Cara yang satu ini cocok untuk calon ayah yang memiliki kualitas sperma kurang baik. Hampir sama dengan proses bayi tabung, dokter akan mencari dan menyeleksi sperma terbaik dari calon Ayah dan menyuntikkannya ke telur dengan jarum mikroskopik. Jika embrio sudah berkembang, maka akan ditransfer ke rahim lewat proses IVF atau bayi tabung. Tingkat kesuksesan prosedur ini mencapai 35 persen.
4 cara tersebut hanyalah cara paling umum yang bisa kita tempuh untuk mendapatkan sang buah hati yang kita idamkan. Namun, sebenarnya masih banyak cara lain yang bisa Ibu pilih, diantaranya donor sperma atau donor telur. Tentunya, masing-masing cara memiliki pro kontra serta biayanya masing-masing. Yang mana yang jadi pilihan Ibu dan Ayah? Tetap semangat dan berusaha, ya!