Kehamilan memang ajaib ya, Bu. Belum bertemu langsung saja rasanya sudah jatuh hati pada si Kecil. Bayangkan ketika si Kecil lahir, pasti tak ingin jauh-jauh darinya. Wah, kalau cuti melahirkan sudah habis, bagaimana dong? Ini dia Bu, pertanyaan yang umumnya mewarnai masa kehamilan kebanyakan ibu. Haruskah Ibu berhenti berkarier dan fokus mengurus rumah tangga agar selalu dekat dengan si Kecil? Mengingat masa kehamilan adalah masa penuh perjuangan untuk menjadi seorang Ibu, dimulai dari mual, muntah, mudah lelah, dan keluhan lainnya yang dialami dikarenakan perubahan yang terjadi.
Dilema ini umum terjadi lho, Bu. Seperti halnya semua ibu, tentu kita ingin terus mendampingi si Kecil di masa tumbuh kembangnya. Akan tetapi, bekerja juga menjadi salah satu bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua, bukan? Kedua pilihan ini pun selalu jadi topik yang hangat untuk dibicarakan, bahkan mengundang perdebatan. Sebagian ibu bekerja berpikir lebih enak menjadi ibu rumah tangga yang kelihatannya banyak memiliki waktu santai di rumah dan bermain dengan anaknya. Sebaliknya, ibu rumah tangga melihat ibu bekerja lebih enak karena bisa berkarier dan tidak banyak tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah.
Namun, masing-masing pilihan tersebut memiliki konsekuensi satu sama lain. Tidak ada yang salah dengan pilihan Ibu, karena keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pilihan Ibu, sebelum Ibu membuat keputusan, bagaimana kalau kita menyimak sekilas tentang dua pilihan tersebut?
Sisi Positif Ibu Bekerja
Berikut adalah keuntungan jika Ibu memilih untuk bekerja :
- Membantu ekonomi keluarga
- Aktualisasi diri terpuaskan
- Terbuka kesempatan memiliki lingkaran pertemanan yang lebih luas
- Lebih banyak pengalaman dan pengetahuan seputar dunia kerja
- Pekerjaan tidak monoton
- Cenderung bersikap lebih praktis dan logis
Namun di sisi lain, ibu bekerja biasanya harus berpisah selama lebih dari sembilan jam dari si Kecil. Bisa dibayangkan beratnya ya, Bu. Ada rasa bersalah, rindu, cemas, sampai rasa kehilangan. Sebab itulah, Ibu bekerja harus berusaha lebih keras dalam membangun komunikasi dan kedekatan emosional dengan si Kecil. Untungnya, kedekatan emosional dengan si Kecil dapat dibentuk seiring waktu.
Ada juga yang berpendapat bahwa jarak yang tercipta karena ibu harus bekerja, dapat menjadi penyebab seorang anak menjadi nakal. Ternyata tidak selalu demikian, Bu. Penelitian dari Harvard Business School menyatakan bahwa anak dari ibu bekerja justru tumbuh memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan mampu belajar membantu pekerjaan di rumah. Dengan diiringi pola asuh yang baik, sosok Ibu yang mandiri dapat menjadi teladan bagi si Kecil.
Sisi Positif Ibu Rumah Tangga
Berikut adalah keuntungan jika Ibu memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga :
- Memiliki banyak waktu dengan si Kecil dan melihat setiap gerak pertumbuhan si kecil
- Kedekatan emosional lebih erat dengan si Kecil
- Mendukung kemampuan bersosialisasi si Kecil
- Bebas memilih aktivitas yang mana yang harus dilakukan terlebih dahulu
- Mengurangi pengeluaran rumah tangga dengan melakukan pekerjaan sendiri
- Tanggung jawab pekerjaan hanya pada rumah saja
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa ibu yang 24 jam mengurus rumah tangga dan si Kecil, rentan terserang stres, Bu. Keinginan untuk memastikan satu hari saja berjalan lancar, tanpa disadari dapat membuat Ibu merasa terbebani. Sering kali juga, ibu rumah tangga merasa kurang percaya diri karena merasa tertinggal ketimbang ibu bekerja. Belum lagi kondisi seperti diisolasi dari pergaulan, bisa membuat Ibu merasa tersisih.
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa inilah pentingnya meluangkan waktu untuk “me time”, Bu. Di sinilah Ibu membutuhkan sesuatu yang bisa membuat Ibu merasa lebih baik. Ciptakan sendiri reward atau imbalan untuk jerih payah Ibu di rumah. Misalnya, cari waktu untuk hobi atau selipkan jadwal bersosialisasi dengan teman, setelah seharian ngobrol dengan si Kecil.
Jadilah Ibu Bahagia
Seorang Ibu, apapun pilihannya, adalah Ibu terbaik untuk anak-anaknya. Mungkin klise ya bu, ungkapan bahwa kita harus bahagia untuk membuat orang lain bahagia. Faktanya, kebahagiaan seorang ibu, memang salah satu kunci dari kebahagiaan keluarga, Bu. Oleh sebab itu, ada baiknya Ibu memahami betul konsekuensi dari setiap pilihan, dan juga bagaimana cara menyiasatinya dari awal.
Jika Ibu memilih bekerja, optimalkan kualitas waktu bersama si kecil. Manfaatkan momen ini untuk berkomunikasi dengan si Kecil. Konsisten melakukan kontak mata dan memberi sentuhan pada si Kecil juga bisa meningkatkan kedekatan antara Ibu dan si Kecil, lho.
Jika Ibu menjadi ibu rumah tangga, perlu disadari bahwa pilihan ini juga bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, ekspresikan keinginan Ibu! Mulailah dengan merencanakan “me time”. Selain itu, Ibu juga bisa mencoba lebih kreatif dalam menjalankan rutinitas sehari-hari dengan si kecil agar tidak bosan atau stres. Abadikan momen bermain bersama si kecil itu di media sosial, blog, atau forum. Beragam momen wow Mama dan si Kecil ini tentunya bisa jadi sarana berekspresi dan menginspirasi orang lain, lho.
Bagaimana, Bu? Semoga penjelasan di atas membantu Ibu memantapkan hati, ya. Pada dasarnya, menjadi Ibu sudah istimewa lho, Bu. Sudah banyak sekali pengorbanan yang Ibu berikan, baik secara fisik hingga psikologis selama kehamilan, melahirkan, sampai mengurus si Kecil. Ditambah lagi, masing-masing Ibu memiliki kondisi unik yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Oleh sebab itu, sebaiknya Ibu memanfaatkan opini dari lingkungan sebagai masukan. Keputusan akhirnya, tetap berada di tangan Ibu sepenuhnya. Apapun yang dipilih, #KitaSemuaMama, lihat perjuangannya di sini.