Setiap Ibu tentu menginginkan si Kecil senantiasa cepat tangkap, aktif bergerak, dan tumbuh sesuai usianya, bukan? Saya pun menginginkan hal yang sama, Bu. Itu sebabnya, saya selalu memastikan si Kecil mendapat asupan nutrisi yang cukup agar terhindar dari risiko stunting. Apalagi, saya sempat membaca artikel kesehatan yang menjelaskan bahwa stunting pada anak tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik si Kecil saja, tapi juga kondisi psikologisnya. Mau tahu kondisi psikologis anak apa saja yang dimaksud? Yuk, simak bersama!
1. Kurang Percaya Diri
Bu, anak yang mengalami stunting umumnya akan merasa kurang percaya diri ketika harus berinteraksi dengan orang baru atau teman di sekolahnya. Ini dikarenakan sebagai anak-anak, si Kecil masih belum mengerti bahwa ukuran tubuh tidak menentukan kehebatan seseorang. Itu sebabnya, si Kecil selalu memandang temannya yang tinggi lebih hebat daripada dia. Untuk mengatasi masalah ini, Ibu bisa mulai membacakan buku dongeng yang membahas soal kehebatan kurcaci, semut, atau binatang kecil lainnya.
2. Sulit Beradaptasi
Dampak stunting terhadap psikologi anak selanjutnya adalah sulit untuk beradaptasi. Jika si Kecil merasa kurang percaya diri, maka ia akan kesulitan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dimana dirinya berada. Terlebih saat harus berada di lingkungan baru, maka ia akan merasa tidak nyaman dan cenderung menutup diri dari orang lain.
Si Kecil perlu dilatih untuk bisa beradaptasi dan diberi pengertian bahwa ia tidak perlu takut atau malu. Tunjukkan bahwa ia juga anak yang istimewa dan memiliki banyak kelebihan.
3. Mudah Cemas
Tahukah, Ibu? Menurut Christian Nordqvist, penulis dan pendiri Medical News Today, perkembangan intelektual anak stunting umumnya berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan anak yang mendapatkan nutrisi cukup. Sebagai contoh, anak stunting biasanya akan sulit konsentrasi dan memiliki daya ingat yang lemah. Nah, ketika si Kecil kurang mampu mengikuti pelajaran di sekolah, ia akan lebih mudah merasa frustasi dan cemas.
4. Lebih Rentan Depresi
Selain mudah merasa cemas, dampak stunting pada psikologi anak adalah dapat membuat si Kecil lebih rentan terserang depresi saat menginjak usia remaja dan dewasa nanti, Bu. Menurut penulis buku Raising Depression Free Children: A Parent’s Guide to Prevention and Early Intervention, Kathleen P. Hockey, gejala depresi sering kali muncul ketika anak berusia 14 tahun.
Umumnya, anak yang mengalami depresi adalah mereka yang mengalami trauma pada masa kecilnya. Contohnya, trauma pergi ke sekolah karena sulit mengikuti pelajaran atau sulit bergaul karena dikucilkan.
5. Hiperaktif
Saat merasa depresi, maka seseorang dapat menunjukkan perilaku-perilaku hiperaktif yang bertentangan dengan situasi normal. Tentunya hal ini dapat berdampak buruk, baik bagi dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Ia mungkin saja menyakiti diri sendiri atau justru menyakiti orang lain. Jika tidak cepat ditangani, maka bisa menjadi fatal akibatnya.
Cegah Stunting!
Mengetahui adanya efek stunting pada psikologi anak tentu membuat khawatir ya, Bu. Untuk mengatasinya, hal yang perlu dilakukan adalah mencegah stunting dengan beberapa langkah berikut:
- Menjaga asupan nutrisi selama masa kehamilan. Mencegah stunting harus mulai dilakukan sejak masa kehamilan karena di sini janin sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Untuk itu sangat penting bagi Ibu menjaga asupan nutrisi selama hamil agar tumbuh kembang janin pun optimal.
- Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Setelah lahir, bayi pun harus langsung diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Menurut Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, ASI merupakan asupan terbaik bagi bayi yang dapat mengurangi risiko anak terkena stunting. Ini berkat kandungan gizi makro dan mikro didalamnya, serta kolostrum yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
- Mencukupi kebutuhan nutrisinya. Memasuki usia 6 bulan, bayi sudah harus dilatih untuk mendapatkan makanan padat pertamanya sebagai pendamping ASI atau yang disebut juga dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Menu MPASI bayi pun harus mengandung semua nutrisi yang ia butuhkan di masa tumbuh kembang, mulai dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hingga mineral.
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah. Anak-anak sangat rentan terserang penyakit jika lingkungannya kotor. Anak yang sakit dapat meningkatkan risiko terkena stunting. Hasil penelitian yang dilakukan di Harvard Chan School mengatakan bahwa diare merupakan faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting. Pemicu diare sendiri disebabkan oleh paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh.
- Rutin memantau tumbuh kembangnya. Terakhir, selalu pantau tumbuh kembang si Kecil untuk tahu apakah ada keterlambatan atau tidak. Bawa ia ke dokter anak atau posyandu untuk mengukur tinggi, berat, dan lingkar kepala. Begitu pula dengan kemampuannya, seperti tengkurap, duduk, merangkak, berbicara, hingga berjalan.
Bagaimana, Bu? Sekarang Ibu jadi lebih mengerti bahwa stunting juga dapat mempengaruhi psikologis anak. Semoga informasi ini membantu Ibu lebih sadar akan efek stunting dan mengoptimalkan usaha untuk menjadikan si Kecil anak yang cepat tangkap, aktif bergerak, dan tumbuh sesuai usianya, Bu!
Ingin berkonsultasi seputar anak? Kunjungi saja laman Tanya Pakar di mana Ibu bisa bertanya langsung kepada ahlinya. Pastikan Ibu sudah registrasi supaya dapat menggunakan fitur tersebut, ya.