Penyakit campak yang ditandai ruam merah dengan gejala mirip flu seringkali menjadi momok bagi orang tua. Banyak yang bertanya-tanya, apakah campak menular atau tidak? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai penularan campak pada anak.
Campak Menular atau Tidak?
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, campak merupakan penyakit yang sangat menular yang rentan menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Tingkat penularan campak sangat tinggi, di mana satu orang terinfeksi berpotensi menginfeksi hingga sembilan orang lainnya. Penularannya bisa melalui:
- Kontak dengan benda yang terkontaminasi: Campak juga bisa menular saat si Kecil menyentuh benda yang sudah terkena virus campak, lalu memegang bagian tubuh yang memiliki selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut.
- Percikan air liur (droplet): Virus campak menyebar melalui udara lewat percikan air liur, terutama saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.
Perlu dipahami bahwa virus campak dapat bertahan hidup di udara sekitar 2 jam, sehingga risiko penularan tetap ada meskipun tidak melakukan kontak langsung dengan penderita.
Masa penularan penyakit campak dimulai sejak timbulnya gejala awal, sekitar 4 hari sebelum ruam kulit muncul hingga 4 hari setelahnya.
Jika tidak segera diobati, campak bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti infeksi telinga, pneumonia, diare, hingga pembengkakan otak.
Baca juga: Jangan Salah, Ini Perbedaan Campak dan Alergi pada Anak
Faktor Risiko Penularan Campak
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko anak-anak tertular penyakit campak, antara lain:
-
Tidak divaksin
Vaksinasi campak sangat diperlukan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh si Kecil.
Anak-anak yang belum pernah divaksin campak atau belum mendapatkan dosis lengkap vaksin campak sangat rentan terhadap infeksi.
Pastikan si Kecil mendapatkan vaksinasi campak dengan dosis yang sesuai dengan usianya.
-
Bepergian ke luar negeri
Bepergian ke negara atau wilayah dengan tingkat kejadian campak yang tinggi akan meningkatkan risiko terpapar virus.
Hal ini dikarenakan virus campak sangat mudah menular melalui udara, terutama di tempat-tempat yang padat penduduk.
Risiko ini semakin besar jika si Kecil memiliki daya tahan tubuh yang lemah atau belum mendapatkan vaksinasi campak
-
Kekurangan vitamin A
Tahukah Ibu bahwa vitamin A tidak hanya penting untuk kesehatan mata, tetapi juga berperan vital dalam menjaga sistem kekebalan tubuh?
Anak-anak yang kekurangan asupan vitamin A dapat membuat tubuhnya lebih rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi virus campak.
Selain itu, kekurangan vitamin A juga dapat memperparah gejala campak dan meningkatkan risiko komplikasi.
Memahami faktor risiko penularan di atas dapat membantu Ibu mengambil tindakan pencegahan yang efektif.
Baca juga: Pahami Gejala Campak pada Anak dan Pengobatan yang Tepat
Bagaimana Cara Agar Anak Tidak Tertular Campak?
Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan pencegahan yang paling efektif untuk mencegah penularan campak.
WHO menyatakan bahwa anak-anak seharusnya menerima dua dosis vaksin, pertama pada usia 9-12 bulan dan yang kedua pada usia 15-18 bulan.
Jadwal vaksinasi MMR ini dirancang untuk memberikan perlindungan optimal terhadap penyakit campak, gondong, dan rubella sejak dini.
Meskipun vaksin MMR sangat efektif, penting untuk diingat bahwa tidak ada vaksin yang 100% sempurna.
Beberapa anak yang sudah divaksin mungkin masih bisa terkena campak, namun umumnya gejala yang muncul akan lebih ringan dan komplikasi dapat dicegah.
Baca juga: 8 Jenis Imunisasi Dasar untuk Lengkapi Perkembangan Si Kecil
Gejala Campak pada Anak
Gejala campak biasanya muncul sekitar 10-14 hari setelah paparan virus. Pada tahap awal, gejala-gejala yang muncul mirip dengan flu, antara lain:
- Demam tinggi (hingga 40°C)
- Batuk kering
- Pilek atau hidung berair
- Batuk kering
- Bercak putih kecil di dalam mulut (dikenal sebagai bercak koplik)
- Mata merah dan sensitif terhadap cahaya
Kurang lebih 7-18 hari setelah terpapar virus campak, ruam merah akan terlihat pertama kali di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh dalam beberapa hari. Ruam ini akan bertahan selama 5-6 hari sebelum menghilang.
Baca juga: Lindungi Si Kecil dari 8 Penyakit Kulit Berbahaya Ini, Bu!
Cara Mengatasi Campak
Tidak ada pengobatan spesifik untuk mengatasi campak. Namun ada beberapa langkah yang dapat Ibu lakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi, yaitu:
- Penderita campak dianjurkan untuk istirahat total agar sistem kekebalan tubuh dapat bekerja optimal melawan infeksi.
- Dehidrasi sering terjadi pada penderita campak akibat demam tinggi, sehingga sangat penting untuk menjaga kebutuhan cairan si Kecil.
- Pemberian obat, seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu menurunkan demam dan mengurangi rasa tidak nyaman.
- Berkumur dengan air garam hangat dapat membantu meredakan sakit tenggorokan yang sering terjadi pada penderita campak
- Untuk mencegah penyebaran virus, si Kecil yang terkena campak harus diisolasi dari orang lain selama setidaknya 4 hari setelah munculnya ruam merah.
Baca juga: 5 Tanda-Tanda Penyakit Campak akan Sembuh dan Mulai Membaik
Jika gejala semakin parah dengan disertai gejala sesak napas atau demam yang tidak kunjung turun, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Jangan lupa pula untuk selalu memberikan asupan bernutrisi untuk si Kecil. Selain bagus untuk kekebalan tubuhnya, asupan bernutrisi juga mendukung proses perkembangan kerja otak di masa tumbuh kembangnya.
Terus jaga daya tahan tubuh dan dukung Akal Cermat si Kecil dengan memberikannya susu pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 3+ yang mengandung DHA 4x lebih tinggi untuk perkembangan otak, 9 Asam Amino Esensial (AAE), serta 14 vitamin dan 9 mineral yang dibutuhkan tubuh anak untuk tumbuh kembang optimal.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi harian si Kecil secara tepat, ada baiknya Ibu menggunakan fitur Kalkulator Gizi. Pemberian gizi yang tepat dan adekuat sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuh kembang si Kecil. Jadi, langsung cobain fiturnya sekarang juga ya, Bu.