Pernahkah Ibu merasa ragu ketika harus memberikan vaksin kepada si Kecil? Saya sempat mengalami keraguan itu sewaktu si Kecil berusia di bawah enam bulan. Ini disebabkan orang tua dan beberapa Ibu yang saya temui menyarankan untuk tidak melakukan vaksinasi. Kata mereka, vaksinasi itu percuma dan hanya menghamburkan uang. Padahal, dalam hati saya, menjaga kesehatan bayi lebih penting. Keraguan ini membuat saya mencari informasi dari internet dan dokter anak, Bu. Dari situ, saya menemukan beberapa fakta dari mitos yang pernah didengar seputar vaksin. Berikut ini rangkumannya, Bu.
- Mitos 1: Vaksin Menyebabkan Autis
Salah satu mitos yang pernah saya dengar kalau vaksin MMR(Measles, Mumps, Rubella) bisa menyebabkan autis. Dari beberapa artikel yang saya baca, anggapan ini muncul karena adanya jurnal penelitian dari peneliti Inggris, Andrew Wakefield pada tahun 1997 yang menyebutkan hal tersebut.
Faktanya: Setelah dilakukan kroscek oleh beberapa tim peneliti medis, terdapat kesalahan prosedur dalam jurnal tersebut. Akibatnya, izin praktik Andrew Wakefield pun dicabut. Bahkan, WHO menyatakan tidak ada hubungannya antara vaksin MMR dan autisme.
- Mitos 2: Bayi yang Divaksin Tidak Akan Sakit
Teman saya bilang Bu, anaknya tetap sakit campak walau sudah imunisasi. Katanya, ia menyesal memberikannya vaksin.
Faktanya: Imunisasi untuk bayi bukan untuk mencegah penyakit tersebut menjangkit si Kecil. Menurut WHO, vaksin bersifat mengurangi efek samping atau dampak dari penyakit. Jadi, si Kecil ada kemungkinan terjangkit penyakit tersebut, Bu. Namun, gejalanya tidak separah yang dialami anak yang tidak diberikan vaksin.
- Mitos 3: Vaksin Membuat Anak Mudah Sakit
Saya juga pernah mendengar bahwa ada vaksin yang membuat anak menjadi demam dan muncul ruam di kulitnya, Bu. Setelah itu, anaknya jadi mudah sakit.
Faktanya: Kata dokter anak tempat saya berkonsultasi, kekebalan tubuh si Kecil lebih kuat dari yang Ibu pikir. Diam-diam, si Kecil punya antibodi yang kuat di dalam darahnya, Bu. Bahkan, menurut penelitian, tubuh si Kecil mampu mendapatkan 10 ribu vaksin dalam satu waktu. Nah, apabila si Kecil sakit setelah imunisasi, cek terlebih dulu lingkungan sekitarnya. Siapa tahu lingkungannya kotor dan tidak sehat.
- Mitos 4: Kekebalan Tubuh Alami Lebih Baik dari Vaksin
Beberapa forum yang saya ikuti mengatakan bahwa si Kecil tidak perlu divaksin karena kekebalan alami berfungsi lebih baik. Jadi, tak perlu ditambah dengan vaksin.
Faktanya: Si Kecil harus mendapatkan penyakit tertentu terlebih dulu sebelum mendapatkan kekebalan akan penyakit tersebut. Misalnya, apabila si Kecil pernah mengalami flu, ada kemungkinan si Kecil tidak akan mudah terkena flu setelahnya atau gejalanya akan lebih ringan dari flu yang pertama.
Dari rangkuman saya soal vaksinasi ini, semoga Ibu tidak ragu lagi untuk memberikan vaksin kepada si Kecil. Ingat Bu, menjaga kesehatan bayi itu paling penting. Saat buah hati sakit, hati Ibu juga akan sakit. Jadi, semangat terus menjaga kesehatan si Kecil!